Khutbah Jum'at
Meneladani Nabi Muhaammad SAW
Arttinya: “Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” (Al-A’raaf : 68)
Meneladani Nabi Muhaammad SAW
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia,
Pada
kesempatan yang berharga dan di tempat yang mulia ini, marilah terlebih dahulu
kita fokuskan fikir dan zikir kita kehadirat Allah SWT seraya memanjatkan puja
dan puji syukur kehadirat-Nya atas semua nikmat yang telah dianugerahkan-Nya
kepada kita semua. Dengan nikmat-nikmat tersebut kita masih diberi kesempatan
untuk manjalankan aktifitas sebagaimana mestinya baik duniawi maupun ukhrowi.
Shalawat serta salam semoga tersampaikan kepada Nabi akhirul zaman, insan yang
paling mulia akhlaqnya, yaitu Nabi Muhammad SAW, semoga kita termasuk
orang-orang yang akan memperoleh syafaatnya di Yaumulakhir nanti.
Nabi Muhammad merupakan sosok figur yang sangat
mempesona, sopan dalam bertutur kata, jujur manakala ia bicara sepanjang hidupnya,
tidak pernah berdusta serta luhur budi pekertinya. Hal inilah yang membuat kita
terkagum-kagum kepada beliau bahkan dari dulu sampai saat ini semua orang di
penjuru dunia mengagumi profil beliau mengingat Nabi Muhammad SAW memiliki
kepribadian yang sangat luar biasa. Beliau mempunyai perilaku dan akhlak yang
sangat mulia terhadap sesama manusia, khususnya terhadap umatnya tanpa
membedakan, warna kulit, suku bangsa atau golongan apapun. Beliau selalu
berbuat baik kepada siapa saja bahkan kepada orang jahat atau orang yang tidak
baik kepadanya bahkan beliau berbuat baik kepada orang yang bukan beragama
islam. Oleh karena itu tidak mengherankan jika Allah SWT memberikan predikat
dalam Al Qur’an kepada beliau sebagai “wainnakkka la’alla hukukin aaadzhim”
yaitu Nabi Muhammad adalah manusia yang memiliki akhlak yang paling agung.
Kita
sebagai umatnya yang berada diakhir zaman ini sepatutnya kembali mengingat
beliau melaui peringatan maulid yang sering kita adakan guna menggali dan mencari
tau lebih banyak lagi bagaimana sebenarnya sosok Nabi Muhammad SAW.
Di dalam Alquran Allah SWT. telah berfirman dalam Al-Qur’anul Karim,
mengenai bagaimana figure Nabi Muhammad SAW. Hal ini terdapat dalam surat Al
Ahzab ayat 21 yang berbunyi
“Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang-orang yang
mengharapkan menemui Allah dan Hari Akhir dan mengingat Allah sebanyak-banyak” (QS. Al-Ahzab :
21).
Ayat
ini menegaskan bahwasanya telah ada pada diri Rasulullah suatu uswah dan qudwah
bagi kita selaku umatnya. Oleh karenanya marilah kita tata kembali komitmen
ketaqwaan kita untuk lebih menghayati dan mengimplementasikan uswah dan qudwah
rasulullah dalam menapaki kehidupan sehari-hari.
Hal yang paling mendasar yang dapat diteladani dari
Rasulullah SAW itu meliputi 4 sifat yaitu sidik, amanah, tabligh dan fathonah.
Yang pertama “sidik”, memiliki pengertian bahwa Rasulullah SAW selalu benar
(jujur) dalam ucapannya. Kebenaran ucapan ini dilakukan bukan hanya setelah
beliau diangkat jadi nabi dan rasul, namun jauh sebelum itu semenjak masa
kanak-kanak beliau tidak pernah berbohong sehingga mendapat gelar AL-AMIN.
Segala sesuatu yang diucapkan oleh Rasul tidak pernah punya tujuan pribadi atau
didasari oleh interest pribadi atau emosional pribadi, tetapi semua yang
diucapkan oleh beliau didasari atas panduan wahyu dari Allah SWT. Hal ini
ditegaskan oleh Allah dalam surat An Najm ayat 4-5:
Artinya: “bahwa tidak ada yang diucapkan oleh Muhammad
berdasarkan hawa nafsunya, tetapi apa yang diucapkan semata-ata didasari atas
wahyu dari Allah SWT”.
Oleh
sebab itu marilah kita selalu umatnya meneladani sifat kebenaran dan kejujuran
bilau baik benar dalam perkatan maupun benar dalam perbuatan.
Yang kedua, “amanah” (yang dapat dipercaya), Jika satu urusan diserahkan
kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh penduduk
Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang artinya terpercaya jauh sebelum beliau
diangkat jadi Nabi. Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk Mekkah mempercayainya
karena beliau bukanlah orang yang pembohong.
Arttinya: “Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” (Al-A’raaf : 68)
Maka
dari hal diatas dapat kita pahami bahwa Nabi Muhammad SAW selalu menjaga amanah
yang diembannya. Tidak pernah menggunakan wewenang dan otoritasnya sebagai nabi
dan rasul atau sebagai pemimpin bangsa Arab untuk kepentingan pribadinya atau
kepentingan keluarganya, namun yang dilakukan beliau semata untuk kepentingan
Islam dan ajaran Allah. Sebagai contoh bahwa beliau sangat amanah dalam suatu
riwayat dikisahkan bahwa salah seorang sahabat beliau yang bernama Abu Thalhah
pernah memberikan sebidang tanah yang subur kepada beliau tapi beliau tidak
menggunakan tanah itu dengan seenaknya, tetapi beliau mencari sanak saudara Abu
Thalhah yang berkehidupan kurang layak dan memberikan tanah itu untuk mereka,
supaya taraf perekonomian mereka meningkat. Marilah kita selaku umatnya untuk
berusaha menjadi orang yang amanah dalam berbagai hal seperti amanah: anak,
harta, ilmu, jabatan dll.
Yang ketiga, “Tabligh”, sifat ini mempunyai pengertian bahwa rasulullah
selalu menyampaikan segala sesuatu yang diwahyukan Allah kepadanya meskipun
terkadang ada ayat yang substansinya menyindir beliau seperti yang tersurat
dalam surat Abbasa, dimana Rasulullah mendapat teguran langsung dari Allah pada
saat rasulullah memalingkan mukanya dari Abdullah Ummu Maktum yang meminta
diajarkan suatu perkara sama sekali tidak disembunyikan oleh beliau.
Beliaupun tidak merasa kawatir reputasinya akan rusak dengan sindiran Allah
tersebut, justru sebaliknya para sahabat tambah meyakini akan kerasulan beliau.
Marilah kita teladani sifat tabligh ini.
Yang keempat, “Fatonah” (cerdas, intelek) adalah suatu keniscayaan untuk para
nabi dan rasul karena tidak mungkin Rasulullah bisa menyampaikan wahyu yang
berupa al Qur’an yang sedemikian banyaknya hingga mencapai 6.666 ayat dan
323.670 huruf tanpa ada yang salah dan keliru satupun. Jika beliau tidak
mempunyai fondasi intelektual yang tinggi hal itu mustahil terjadi. Kecerdasan
Rasulullah tidak hanya intelektual semata tetapi juga cerdas dari segi
emosional dan spiritual. Marilah kita teladani sifat fatonah Rasulullah ini.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah
keempat sifat Rasulullah ini kita implementasikan dalam kehidupan kita sebagai
perwujudan cinta dan mahabbah kita kepada Rasulullah dan semoga kita menjadi
golongan orang yang mendapat predikat fidunya hasanah wafil akhiroti hasanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar